TEORI ORGANISASI
UMUM 2
Nama : Siti Fathiyah Wardati
Npm : 17112051
Kelas : 2ka39
Bab 5 & 6
A.
Definisi Dan Dasar Pengambilan Keputusan
Definisi
Keputusan
adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan
dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dan mengenai
unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya
merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa
alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan
unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat
diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat.
Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan.
Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan
sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan
keputusan yang mendasarkan diri pada relasi sesama.
Ada beberapa definisi tentang
pengambilan keputusan. Dalam hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan
pembuatan keputusan. Definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif
perilaku dari dua alternatif atau lebih tindakan pimpinan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui
pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan.
Intisari dalam pengambilan keputusan
ialah perumusan beraneka alternative tindakan dalam menggarap situasi yang
dihadapi serta penetapan pilihan yang tepat antara beberapa alternatife yang
tersedia, setelah diadakan pengevaluasian mengenai keefektifan masing-masing
untuk mencapai sasaran para pengambil keputusan. Suatu komponen terpenting
dalam rangka proses pengambilan pengambilan keputusan ialah usaha pengumpulan
informasi sebagia bahan masukkan dalam situasi pengambilan keputusan itu.
Bilamana dapat diperoleh informasi yang memadai untuk memperoleh perincian
sempurna tentang seluruh alternatif serta tentang keefektifannya masing-masing
dalam situasi yang sedang ditelaah, maka proses pengambilan keputusan akan
relatif mudah. Namun dalam praktek akan ternyata tak mungkin dihimpunkan
seluruh informasi dan bahan-bahan berkenaan dengan suatu situasi keputusan
tertentu, karena terbatasnya waktu dan sumber daya yang tersedia untuk maksud
tersebut, bahkan adakalanya tidak dapat ditentukan apakah yang merupakan
informasi yang relevan, sekalipun cukup tersedia waktu dan sunber daya untuk
mengumpulkan informasi itu. Maka karena tidak tersedianya informasi yang
langkap, telah masuk unsure ketidakpastian ke dalam proses pengambilan
keputusan dalam keadaan semacam ini maka pihak pengambilan keputusan akan
merasa ragu-ragu tentang sifat masing-masing yang tersedia dan tentang
keefektifan setiap alternatif itu untuk mencapai tujuannya. Sifat ketidak
pastian itu merupakan karakteristik yang paling luas tersebar dalam situasi
pengambilan keputusan yangdijumpai oleh pihak manajemen modern. Sekaligus ialah
merupakan suatu factor yang mengakibatkan kesulitan yang tersebar dalam praktis
pengambilan keputusan.
Dalam
sejumlah besar situasi pengmabilan keputusan, tanggung jawab mengenai pemilihan
alternative terletak pada tokoh perorangan yang mengambil keputusan untuk
kepentingan pribadi atau untuk kepentingan organisasi yang diwakilinya. Dalam
kasus lain keputusan harus diambil oleh beberapa orang yang bertindak selaku
anggota dari suatu kelompok, seperti misalnya sebagian dari dewan pengurus dari
sebuah organisasi dalam keadaaan semacam ini sebagian dari proses pengambilan
keputusan mencakupi suatu masa perundingan yang didalamnya mungkin tercapai
sedikit penyesuaian dalam pandangan dari seorang atau beberapa orang anggota
kelompok. Proses itu mnugkin menghasilkan kesepakatan dikalangan orang-orang
bersangkutan serta suatu evaluasi bersama berkenaan dengan
alternative-alternatif yang terdapat dalam situasi keputusan yang sedang
dipertimbangkan, dalam keadaan demikian maka evaluasi yang disepakati bersama
akan dapat digunakan sebagai dasar untuk pilihan bagi seluruh kelompok seakan
mereka merupakan tokoh perorangan pengmabil keputusan yang tunggal.
Soal
pengambil keputusan menyangkut beraneka ragam situasi maka masing dengan
cirri-cirinya tujuan buku ini ialah untuk menyajikan suatu pembahasan corak
situasi dan untuk mempergakan beraneka metode dan teknik pengambil keputusan
yang mungkin berfaedah bagi merekayang dihadapkan dengan pilihan berbagai
alternatif.
Dasar Pengambil Keputusan
Dalam
pengambilan keputusan maka sungguh mengesankan dan berfaedah meninjau setiap
organisasi, perorangan dan kelompok perorangan yang bersangkutan dari segi
system dalam rangka teori tersebut istilah system berarti seperangkat unsur
atau komponen terkait dalam berbagai bentuk hubungan terkait dalam berbagai bentuk hubungan
perilaku sesuatu system yang terdiri atas beberapa perorangan atau beberapa
kelompok perorangan atau terdiri atas beberapa bagian yang bekerjasama untuk
mencapai seperangkat tujuan bersama maka perilaku dari organisasi itu sebagian
ditentukan oleh perilaku dari bagian-bagiannya serta dari hubungan antar
bagian.
Dalam
masa lampau masalah-masalah pengambil keputusan diklasifikasikan menurut kondisinya tumbuhnya masalah itu dan untuk
sebagian pula diklasifikasikan menurut cara-cara pendekatan yang diterapkan
dalam pemecahan masalahnya.
Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar
pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan
yaitu :
1. Intuisi
Pengambilan keputusan
yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga
mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini
mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
Keuntungan :
- waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
- untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan ini akan memberikan kepuasan pada umumnya
- kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
Kelemahan:
- Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
- Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.
- Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan
berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman
seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung
ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak
pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi,
peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan
fakta
dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka
tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga
orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang
dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan
berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau
orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah
kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan :
- Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa
- Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
- Memiliki daya autentisitas yang tinggi
Kelemahan:
- Dapat menimbulkan sifat rutinitas
- Mengasosiasikan dengan praktik diktatorial
- Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan
5. Logika
Pengambilan keputusan
yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan
unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan
keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat
objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau
nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati
kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan keputusan
secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
- Kejelasan masalah
- Orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
- Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
- Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria
- Hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal
B.
Jenis-jenis keputusan Organisasi
Beberapa pengarang memperbedakan dua corak situasi
keputusan Herbert A Simon termasuk
gologan yang melakukan hal ini ketika ia pada keputusan-keputusan yang
berprogram dan tidak berprogram, dia memperincikan sebagai keputusan yang
berprogram , keputusan –keputusan yang timbul secara berulang-ulang dan yang
terjadi soal rutin karena seringnya dijumpai situasi yang serupa. Keputusan
–keputusan semacam ini termasuk yang layak diprogram karena dapat diciptakan
prosedur khas untuk memutuskannya , dapat digarap dengan menggunakan prosedur
yang baku satu-satunya kegiatan inovatif yang tersisa dalam situasi semacam ini
hanyalah sekedar memastikan bahwa prosedur baku itu cocok untuk menentukan
keputusannya untuk diterapkan untuk menentukan keputusannya.
Masalah
dan konflik terdapat di mana-mana. Beberapa di antaranya bersifat sederhana dan
ystemlistic, sedangkan yang lain bersifat sangat kompleks dan ystemlistic serta
dapat menimbulkan pengaruh yang besar. Pengambilan keputusan dapat bersifat
rutin dan memiliki struktur tertentu atau dapat juga bersifat sangat kompleks
dan tidak berstruktur. Terdapat dua jenis pengambilan keputusan, yaitu :
2. Pengambilan keputusan terprogram :
Keputusan yang ystemli merupakan keputusan yang bersifat rutin dan
dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur
tertentu. Keputusan yang ystemli terjadi jika permasalahan terstruktur dengan
baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak
sederhana dan solusinya ysteml mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang ystemli
misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir
Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
Jenis
pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respons otomatik terhadap
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang
bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan
jenis ini. Tantangan yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui
jenis-jenis keputusan ini dan memberikan atau menyediakan metode-metode untuk
melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di mana saja. Agar
pengambilan keputusan harus didefinisikan dan dinyatakan secara jelas. Bila hal
ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah mengembangkan suatu
algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik.
Dalam
kebanyakan organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan
pengambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan
prosedur pelaksanaan standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan
pengambilan keputusan yang terprogram ini adalah membebaskan manajemen untuk
tugas-tugas yang lebih penting.
2. Pengambilan keputusan tidak
terprogram:
Keputusan
yang tidak ystemli adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk
menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi
atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak ystemli
dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak
jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya
ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan(Wijono,1999).
Keputusan yang tidak ystemli
memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi
dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk
keputusan yang tidak ystemli. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang
tidak ystemli biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa ysteml yang jelas,
dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan ysteml politik (Wijono, 1999). Gillies
(1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak ystemli adalah keputusan kreatif
yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi
dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.
Keputusan tidak terprogram menunjukkan
proses yang berhubungan dengan masalah-masalah yang tidak jelas. Dengan kata
lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses- proses pengambilan
keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang dapat didefinisikan.
Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya sedikit parameter’parameter
yang diketahui dan kebanyakan parameter yang diketahui bersifat ystemlistic.
Untuk menjawab masalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari
pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan ystem infofmasi. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan keputusan tidak terprogram dengan baik. Perluasan
fasilitas-fasilitas pabrik, pengembangan produk baru, pengolahan dan
pengiklanan kebijaksanaan- kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan
semuanya adalah contoh masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang
tidak terprogram. Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai
tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan, administrator sekolah dan
manajer organisasi lainnya dalam menjawab masalah dan mengatasi konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat
dihubungkan secara langsung kepada mutu
informasi yang mendasari tugas ini.
Pandangan terhadap pengambilan keputusan adalah bahwa proses
ini merupakan proses penggunaan informasi yang rasional, bukan proses yang
emosional, Dalam hal ini, kesukaran-kesukaran dalam pengambilan keputusan dapat
dikaitkan kepada:
1. Informasi yang tidak cukup dan
2. Maksud dan tujuan yang tidak
dispesifikasikan secara jelas.
Pengambil
keputusan mempunyai suatu cara untuk dapat memahami informasi yang menentukan
efisiensi pengolahan informasinya. Pengetahuan seseorang yang lalu digabungkan
dengan kecakapannya mengolah informasi akan menentukan kesanggupannya untuk
mengambil keputusan.
c. faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan keputusan
Menurut
Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan
sebagai berikut:
- hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
- setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
- setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
- jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
- pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
- pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;
- diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
- setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
- setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian
terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.
Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu bahkan tidak berfikir untuk menyusun atau menilai keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.
Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Untuk meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi lainnya.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.
Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu bahkan tidak berfikir untuk menyusun atau menilai keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.
Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Untuk meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi lainnya.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
- Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis, dll.
- Motif, suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju suatu sasaran.
- Sikap, Bagaimana keberanian kita dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.
Faktor-faktor
tersebut dibedakan :
a. Faktor-faktor yang konstan
b. Faktor-faktor yang tidak konstan
l Kondisi : keseluruhan dari faktor-faktor
yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan
kita. Sebagian besar faktor-faktor tsb merupakan sumberdaya (resourches).
l Tujuan :
Tujuan yg hendak dicapai, baik
tujuan per-orangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan orga-nisasi, maupun tujuan
usaha, pada umumnya telah tertentu/telah ditentukan. Tujuan yang telah ditentukan dalam
pengambilan keputus-an merupakan tujuan antara atau objective.
D Implikasi Manajerial
Dalam
pengambilan keputusan dibidang manajerial , seorang pemimpin harus memperhatikan
segala aspek yang melatarbelakangi suatu masalah dimana keterampilan seorang
pemimpin harus selalu diasah untuk menyelesaikan permaslahan yang kompleks
karena membutuhkan pertimbangan yang matang untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut dan yang terpenting dalam setiap pengambilan keputusan seorang manajer
diharuskan keputusan tersebut dapat diterima oleh semua kalangan karna adanya
kebijakan
1. gaya pengambilan keputusan
2. gaya direktif merupakan gaya
keputusan dengan ambiguitas / ketidakjelasan yg rendah dan cara berpikirnya
yang rasional
3. gaya analistis merupakan gaya
pengambilan keputusan dengan toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas /
ketidakjelasan dan cara berpikirnya
4. gaya konseptual : pengambilan keputusanya
dengan toleransi yang tinggi untuk ambiguitas / ketidakjelasan dan cara
berpikir intuitif yang tinggi juga
5. gaya prilaku : gaya pengambilan
dengan toleransi yang rendah untuk ambiguitas / ketidak jelasan dengan cara
berpikir intuitif yang tinggi
Implikasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti sebab
oleh sebab itu implikasi manajerial di bidang pengambilan keputusan akan
menghasilkan sesuatu yang mengagumkan karena semua pengamblan keputusan harus
didasari dengan pemikiran yang matang ditambah dengan manajemen pengambilan
keputusan akan menghasilkan keputusan yang lebih matang dan berguna untuk
kedepannya.
Daftar Pustaka
Lutfan F, Perilaku Organisasi Edisi 10,
Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006
Radford K.J., Analisa Keputusan Manajemen, Jakarta
Pusat: Penerbit Erlangga, 1984
http://ivan-octavian.blogspot.com/2013/07/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi.html
http://ikasakra-olivia.blogspot.com/2013/05/implikasi-manajerial-dalam-pengambilan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar