Senin, 14 April 2014

Pertemuan 5-6



TEORI ORGANISASI UMUM 2
 Nama : Siti Fathiyah Wardati
 Npm  : 17112051
 Kelas : 2ka39

Bab 5 & 6

A.    Definisi Dan Dasar Pengambilan Keputusan
Definisi
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang  apa yang harus dilakukan dan mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada relasi sesama.
Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan. Dalam hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan. Definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan.
Intisari dalam pengambilan keputusan ialah perumusan beraneka alternative tindakan dalam menggarap situasi yang dihadapi serta penetapan pilihan yang tepat antara beberapa alternatife yang tersedia, setelah diadakan pengevaluasian mengenai keefektifan masing-masing untuk mencapai sasaran para pengambil keputusan. Suatu komponen terpenting dalam rangka proses pengambilan pengambilan keputusan ialah usaha pengumpulan informasi sebagia bahan masukkan dalam situasi pengambilan keputusan itu. Bilamana dapat diperoleh informasi yang memadai untuk memperoleh perincian sempurna tentang seluruh alternatif serta tentang keefektifannya masing-masing dalam situasi yang sedang ditelaah, maka proses pengambilan keputusan akan relatif mudah. Namun dalam praktek akan ternyata tak mungkin dihimpunkan seluruh informasi dan bahan-bahan berkenaan dengan suatu situasi keputusan tertentu, karena terbatasnya waktu dan sumber daya yang tersedia untuk maksud tersebut, bahkan adakalanya tidak dapat ditentukan apakah yang merupakan informasi yang relevan, sekalipun cukup tersedia waktu dan sunber daya untuk mengumpulkan informasi itu. Maka karena tidak tersedianya informasi yang langkap, telah masuk unsure ketidakpastian ke dalam proses pengambilan keputusan dalam keadaan semacam ini maka pihak pengambilan keputusan akan merasa ragu-ragu tentang sifat masing-masing yang tersedia dan tentang keefektifan setiap alternatif itu untuk mencapai tujuannya. Sifat ketidak pastian itu merupakan karakteristik yang paling luas tersebar dalam situasi pengambilan keputusan yangdijumpai oleh pihak manajemen modern. Sekaligus ialah merupakan suatu factor yang mengakibatkan kesulitan yang tersebar dalam praktis pengambilan keputusan.
            Dalam sejumlah besar situasi pengmabilan keputusan, tanggung jawab mengenai pemilihan alternative terletak pada tokoh perorangan yang mengambil keputusan untuk kepentingan pribadi atau untuk kepentingan organisasi yang diwakilinya. Dalam kasus lain keputusan harus diambil oleh beberapa orang yang bertindak selaku anggota dari suatu kelompok, seperti misalnya sebagian dari dewan pengurus dari sebuah organisasi dalam keadaaan semacam ini sebagian dari proses pengambilan keputusan mencakupi suatu masa perundingan yang didalamnya mungkin tercapai sedikit penyesuaian dalam pandangan dari seorang atau beberapa orang anggota kelompok. Proses itu mnugkin menghasilkan kesepakatan dikalangan orang-orang bersangkutan serta suatu evaluasi bersama berkenaan dengan alternative-alternatif yang terdapat dalam situasi keputusan yang sedang dipertimbangkan, dalam keadaan demikian maka evaluasi yang disepakati bersama akan dapat digunakan sebagai dasar untuk pilihan bagi seluruh kelompok seakan mereka merupakan tokoh perorangan pengmabil keputusan yang tunggal.
            Soal pengambil keputusan menyangkut beraneka ragam situasi maka masing dengan cirri-cirinya tujuan buku ini ialah untuk menyajikan suatu pembahasan corak situasi dan untuk mempergakan beraneka metode dan teknik pengambil keputusan yang mungkin berfaedah bagi merekayang dihadapkan dengan pilihan berbagai alternatif.
Dasar Pengambil Keputusan
            Dalam pengambilan keputusan maka sungguh mengesankan dan berfaedah meninjau setiap organisasi, perorangan dan kelompok perorangan yang bersangkutan dari segi system dalam rangka teori tersebut istilah system berarti seperangkat unsur atau komponen terkait dalam berbagai bentuk hubungan  terkait dalam berbagai bentuk hubungan perilaku sesuatu system yang terdiri atas beberapa perorangan atau beberapa kelompok perorangan atau terdiri atas beberapa bagian yang bekerjasama untuk mencapai seperangkat tujuan bersama maka perilaku dari organisasi itu sebagian ditentukan oleh perilaku dari bagian-bagiannya serta dari hubungan antar bagian.
            Dalam masa lampau masalah-masalah pengambil keputusan diklasifikasikan menurut  kondisinya tumbuhnya masalah itu dan untuk sebagian pula diklasifikasikan menurut cara-cara pendekatan yang diterapkan dalam pemecahan masalahnya.
            Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :
1. Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
Keuntungan :
  1. waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
  2. untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan ini akan memberikan kepuasan pada umumnya
  3. kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
Kelemahan:
  1. Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
  2. Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.
  3. Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan :
  1. Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa
  2. Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
  3. Memiliki daya autentisitas yang tinggi
Kelemahan:
  1. Dapat menimbulkan sifat rutinitas
  2. Mengasosiasikan dengan praktik diktatorial
  3. Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan
 5. Logika
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
  1. Kejelasan masalah
  2. Orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
  3. Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
  4. Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria
  5. Hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal
B.     Jenis-jenis keputusan Organisasi
Beberapa pengarang memperbedakan dua corak situasi keputusan  Herbert A Simon termasuk gologan yang melakukan hal ini ketika ia pada keputusan-keputusan yang berprogram dan tidak berprogram, dia memperincikan sebagai keputusan yang berprogram , keputusan –keputusan yang timbul secara berulang-ulang dan yang terjadi soal rutin karena seringnya dijumpai situasi yang serupa. Keputusan –keputusan semacam ini termasuk yang layak diprogram karena dapat diciptakan prosedur khas untuk memutuskannya , dapat digarap dengan menggunakan prosedur yang baku satu-satunya kegiatan inovatif yang tersisa dalam situasi semacam ini hanyalah sekedar memastikan bahwa prosedur baku itu cocok untuk menentukan keputusannya untuk diterapkan untuk menentukan keputusannya.
Masalah dan konflik terdapat di mana-mana. Beberapa di antaranya bersifat sederhana dan ystemlistic, sedangkan yang lain bersifat sangat kompleks dan ystemlistic serta dapat menimbulkan pengaruh yang besar. Pengambilan keputusan dapat bersifat rutin dan memiliki struktur tertentu atau dapat juga bersifat sangat kompleks dan tidak berstruktur. Terdapat dua jenis pengambilan keputusan, yaitu :
2.       Pengambilan keputusan terprogram :
                   Keputusan yang ystemli merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang ystemli terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya ysteml mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang ystemli misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
Jenis pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respons otomatik terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui jenis-jenis keputusan ini dan memberikan atau menyediakan metode-metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di mana saja. Agar pengambilan keputusan harus didefinisikan dan dinyatakan secara jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah mengembangkan suatu algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik.
Dalam kebanyakan organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan pengambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan prosedur pelaksanaan standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan keputusan yang terprogram ini adalah membebaskan manajemen untuk tugas-tugas yang lebih penting.
2.      Pengambilan keputusan tidak terprogram:
            Keputusan yang tidak ystemli adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak ystemli dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan(Wijono,1999).
            Keputusan yang tidak ystemli memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak ystemli. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak ystemli biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa ysteml yang jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan ysteml politik (Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak ystemli adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.
       Keputusan tidak terprogram menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah-masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses- proses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya sedikit parameter’parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang diketahui bersifat ystemlistic. Untuk menjawab masalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan ystem infofmasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan keputusan tidak terprogram dengan baik. Perluasan fasilitas-fasilitas pabrik, pengembangan produk baru, pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan- kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak terprogram. Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan, administrator sekolah dan manajer organisasi lainnya dalam menjawab masalah dan mengatasi  konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara langsung  kepada mutu informasi yang mendasari tugas ini.
Pandangan terhadap pengambilan keputusan adalah bahwa proses ini merupakan proses penggunaan informasi yang rasional, bukan proses yang emosional, Dalam hal ini, kesukaran-kesukaran dalam pengambilan keputusan dapat dikaitkan kepada:
1.      Informasi yang tidak cukup dan
2.      Maksud dan tujuan yang tidak dispesifikasikan secara jelas.
Pengambil keputusan mempunyai suatu cara untuk dapat memahami informasi yang menentukan efisiensi pengolahan informasinya. Pengetahuan seseorang yang lalu digabungkan dengan kecakapannya mengolah informasi akan menentukan kesanggupannya untuk mengambil keputusan.



c. faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan keputusan

Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut:
  1. hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
  2. setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
  3. setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
  4. jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
  5. pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
  6. pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang  cukup lama;
  7. diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
  8. setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
  9. setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.

1.    Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.

2.    Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.

3.    Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.

4.    Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.

5.    Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.

6.    Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009)  menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.

Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.

Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu bahkan tidak berfikir untuk menyusun atau menilai keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
  
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.

Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Untuk meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi lainnya.

Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
  1. Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis, dll.
  2. Motif, suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju suatu sasaran.
  3. Sikap, Bagaimana keberanian kita dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.
Faktor-faktor tersebut dibedakan :
      a. Faktor-faktor yang konstan
      b. Faktor-faktor yang tidak konstan
l  Kondisi : keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tsb merupakan sumberdaya (resourches).
l   Tujuan :
      Tujuan yg hendak dicapai, baik tujuan per-orangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan orga-nisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu/telah ditentukan.  Tujuan yang telah ditentukan dalam pengambilan keputus-an merupakan tujuan antara atau objective.
D Implikasi Manajerial
        Dalam pengambilan keputusan dibidang manajerial , seorang pemimpin harus memperhatikan segala aspek yang melatarbelakangi suatu masalah dimana keterampilan seorang pemimpin harus selalu diasah untuk menyelesaikan permaslahan yang kompleks karena membutuhkan pertimbangan yang matang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dan yang terpenting dalam setiap pengambilan keputusan seorang manajer diharuskan keputusan tersebut dapat diterima oleh semua kalangan karna adanya kebijakan
      1.     gaya pengambilan keputusan
      2.      gaya direktif merupakan gaya keputusan dengan ambiguitas / ketidakjelasan yg rendah dan cara berpikirnya yang rasional
      3.      gaya analistis merupakan gaya pengambilan keputusan dengan toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas / ketidakjelasan dan cara berpikirnya
      4.      gaya konseptual : pengambilan keputusanya dengan toleransi yang tinggi untuk ambiguitas / ketidakjelasan dan cara berpikir intuitif yang tinggi juga
      5.      gaya prilaku : gaya pengambilan dengan toleransi yang rendah untuk ambiguitas / ketidak jelasan dengan cara berpikir intuitif yang tinggi
     
Implikasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti sebab oleh sebab itu implikasi manajerial di bidang pengambilan keputusan akan menghasilkan sesuatu yang mengagumkan karena semua pengamblan keputusan harus didasari dengan pemikiran yang matang ditambah dengan manajemen pengambilan keputusan akan menghasilkan keputusan yang lebih matang dan berguna untuk kedepannya.



Daftar Pustaka
Lutfan F, Perilaku Organisasi Edisi 10, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006
Radford K.J., Analisa Keputusan Manajemen, Jakarta Pusat: Penerbit Erlangga, 1984
http://ivan-octavian.blogspot.com/2013/07/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi.html
http://ikasakra-olivia.blogspot.com/2013/05/implikasi-manajerial-dalam-pengambilan.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar